Waktu merupakan sesuatu yang tidak bermakna, kecuali jika ada
peristiwa yang membedakannya. Sama seperti warna yang tidak dapat kita
bedakan, kecuali ada mata yang melihatnya. Sekadar membayangkan masa
lalu, masa sekarang, dan masa yang akan datang, akan memberikan kesan
kepada kita bahwa perjalanan waktu ibarat busur panah menuju ke satu
arah. Zaman bagaikan rangkaian dari sejumlah peristiwa yang
berturut-turut. Kalau bukan karena memori yang diberikan Allah kepada
manusia, tentu kita tidak akan merasakan berjalannya waktu.
Sejak berabad-abad lalu manusia telah mengamati fenomena alam secara
teratur. Pengamatan itu membantu manusia menemukan makna dan penggunaan
waktu. Hari dalam kehidupan di bumi adalah satuan waktu untuk bumi
melakukan rotasi satu putaran penuh. Tahun adalah satuan waktu untuk
bumi berevolusi mengelilingi matahari, yaitu sama dengan 365 hari. Bulan
(bulan Arab) adalah satuan waktu untuk bulan mengelilingi bumi satu
putaran penuh. Banyak bangsa di dunia yang menjadikan satuan waktu
sebagai dasar penanggalan mereka dengan sedikit perbedaan antara yang
satu dengan yang lain. Akan tetapi, semuanya dapat dikelompokkan ke
dalam dua kelompok.
Pertama, penanggalan bulan yang menjadikan putaran
bulan mengelilingi bumi sebagai dasarnya. Kedua, penanggalan matahari
yang menjadikan putaran bumi mengelilingi matahari sebagai dasarnya.
Penanggalan Hijriah (yang menggunakan dasar bulan) dan miladiah (yang
menggunakan dasar matahari) merupakan contoh penanggalan tersebut.
Allah juga menjadikan gerak matahari, bulan, dan planet lainnya
dengan perhitungan yang cermat agar manusia memanfaatkannya untuk
mengetahui dan mengukur waktu. Allah berfirman, “Dan Kami jadikan
malam dan siang sebagai dua tanda, maka Kami hapuskan tanda malam dan
Kami jadikan tanda siang itu terang-benderang supaya kamu mengetahui
bilangan tahun dan perhitungan. Dan segala sesuatu telah Kami terangkan
dengan jelas.” (QS Al-Isra’: 12)
Allah juga menjadikan bulan sabit dan perbedaan bentuk bulan akibat
perputarannya mengelilingi bumi sebagai keterangan waktu untuk beribadah
dan urusan keduniaan.
Para ahli menemukan waktu bersifat relatif dan berubah karena
bergantung pada tempat dan kecepatan gerak tempat itu. Hal ini telah
diungkapkan melalui teori relativitas waktu Einstein di tahun-tahun awal
abad ke-20. Sebelumnya, manusia belumlah mengetahui bahwa waktu adalah
sebuah konsep yang relatif, dan waktu dapat berubah tergantung
keadaannya. Ilmuwan besar, Albert Einstein, secara terbuka membuktikan
fakta ini dengan teori relativitas. Ia menjelaskan bahwa waktu
ditentukan oleh massa dan kecepatan. Artinya, waktu selalu berkaitan
dengan gerak dan tempat. Satu hari di planet Venus, misalnya (satuan
waktu yang digunakan planet itu untuk berotasi pada porosnya), sama
dengan 242 hari di bumi. Satu tahun di planet Venus (satuan waktu yang
digunakan planet itu untuk berevolusi pada matahari) sama dengan 225
hari di bumi. Ini berarti satu tahun di planet Venus hampir sama
panjangnya dengan satu tahun di bumi. Berati pula bahwa empat musim di
planet Venus terus silih berganti dalam satu hari.
Kini, relativitas waktu adalah fakta yang terbukti secara ilmiah.
Dalam sejarah manusia, tak seorang pun mampu mengungkapkan fakta ini
dengan jelas sebelumnya.
Namun, jika kita berpikir tentang firman Allah di dalam Al Qur’an
kita akan mengetahui bahwa relativitas waktu telah diisyaratkan ke dalam
ayat-ayat-Nya, di antaranya:
“Dan mereka meminta kepadamu agar azab itu disegerakan, padahal
Allah sekali-kali tidak akan menyalahi janji-Nya. Sesungguhnya sehari di
sisi Tuhanmu adalah seperti seribu menurut perhitunganmu.” (QS Al-Hajj:
47)
“Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu
naik kepada-Nya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun
menurut perhitunganmu.” (QS As-Sajdah: 5)
“Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya limapuluh ribu tahun.” (QS Al-Ma’arij: 4)
Dalam sejumlah ayat disebutkan bahwa manusia merasakan waktu secara
berbeda, dan bahwa terkadang manusia dapat merasakan waktu sangat
singkat sebagai sesuatu yang lama:
“Allah bertanya: ‘Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?’
Mereka menjawab: ‘Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari, maka
tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung.’ Allah berfirman: ‘Kamu
tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, kalau kamu
sesungguhnya mengetahui’.” (QS Al-Mu’minun: 122-114)
Sungguh Maha Suci Allah Sungguh Maha Suci Allah yang tidak tunduk
pada dimensi ruang dan waktu karena Dia berada di luar ruang dan waktu.
Dan mereka berkata, “Kehidupan ini tidak lain hanya kehidupan
kita di dunia ini, kita mati dan hidup, dan tidak ada yang membinasakan
kita kecauli masa.” Dan mereka tidak mempunyai ilmu tentang itu, mereka
tidak lain hanylah mendua-duga. (QS Al-Jatsiah: 24).
0 komentar:
Posting Komentar